Taman Makam Pahlawan Taruna yang merupakan lokasi pemakaman korban Peristiwa Lengkong, saat ini telah dilengkapi Museum Juang Taruna Tangerang.
Wali Kota Tangerang, Arief R Wismansyah, di Tangerang, Kamis (10/11/2016), mengatakan, dengan ada Museum Juang Taruna Tangerang maka masyarakat bisa mengetahui mengenai sejarah yang ada di Kota Tangerang, di antaranya Akademi Militer Tangerang.
Akademi Militer Tangerang, di bawah komando Mayor Daan Mogot, pertama kali dibentuk di Kota Tangerang. Saat itu ada beberapa akademi militer, yang kemudian digabungkan ke Akademi Militer (ex Militaire Academie), di Magelang, Jawa Tengah, pada 1957.
Pada 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan taruna Akademi Militer Tangerang ke markas pasukan Jepang, di Desa Lengkong, Tangerang, dengan misi melucuti senjata pasukan Jepang.
Mogot saat itu didampingi sejumlah perwira, antara lain Mayor Wibowo, Letnan Soetopo, dan Letnan Soebianto Djojohadikusumo (paman dari Prabowo Soebijanto). Dengan mengendarai tiga truk dan satu jip militer, mereka berangkat ke Lengkong, dan di depan pintu gerbang markas, tentara Jepang menghentikan mereka.
Saat itu, hanya Mogot, Mayor Wibowo, dan seorang taruna Akademi Militer Tangerang, yang diizinkan berunding dengan pimpinan pasukan Jepang itu. Adapun Djojohadikusumo dan Soetopo memimpin para taruna yang menungggu di luar.
Semula proses perlucutan senjata itu lancar namun tiba-tiba terdengar rentetan letusan senapan dan mitraliur dari arah tersembunyi. Itulah awal kontak senjata yang tidak seimbang.
Mendengar rentetan senjata, sebagian tentara Jepang merebut kembali senjata mereka yang semula diserahkan. Mudah ditebak bahwa pasukan Mogot itu bertumbangan karena kekuatan senjata yang tidak seimbang. 33 taruna dan tiga perwira TRI gugur dalam peristiwa itu, ditambah seorang taruna Akademi Militer Tangerang yang gugur di rumah sakit. Sejak itu pertempuran itu dinamakan Pertempuran Lengkong.
Untuk mengenang Pertempuran Lengkong, didirikanlah dua tempat bersejarah, yaitu Taman Makam Pahlawan Taruna yang bertempat di KM 24,5 Jalan Raya Daan Mogot, Tangerang, dan Monumen Lengkong, di wilayah Serpong.
Pada dinding prasasti monumen yang didirikan pada 1993 itu terukir nama-nama taruna dan perwira yang gugur pada Pertempuran Lengkong. Sedangkan di dalam museumnya, terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia beserta akademinya.
Pada 2005, Kepala Staf TNI AD (saat itu), Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu, menetapkan 25 Januari (1946) sebagai Hari Bhakti Taruna Akademi Militer.
Kini masyarakat, kata Wismansyah, diharapkan dapat menggunakan museum ini sebagai wisata edukasi dalam menambah wawasan sejarah karena dilengkapi perpustakaan.
“Begitu juga dengan semangat para pahlawan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dapat diambil para pegawai untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan kemajuan Kota Tangerang,” katanya.
Andi Candra Gunawan, konsep pembuat Museum Juang Taruna Tangerang, mengatakan, museum yang berisi mengenai foto-foto sejarah para taruna saat menempuh pendidikan Akademi Militer Tangerang dan Peristiwa Lengkong, di Desa Lengkong, Serpong, pada 25 Januari 1946 terbagi dalam tiga ruangan.
Ruangan pertama terdapat perpustakaan mini yang memuat buku-buku sejarah peninggalan zaman dahulu yang tetap dipertahankan dan deretan foto pahlawan nusantara.
Di ruangan tengah yang mengusung konsep minimalis modern, terdapat sejumlah foto para Taruna dan sejarah singkat Peristiwa Lengkong yang dilengkapi foto para pahlawan.
Sedangkan ruangan ketiga adalah di desain seperti zaman perjuangan ketika para veteran memberikan materi kepada pelajar sehingga dapat memunculkan semangat perjuangan.
Sumber: http://www.antaranews.com/berita/595325/tmp-taruna-dilengkapi-museum-juang-taruna-tangerang