Akhir-akhir ini, di berbagai pusat perbelanjaan maupun kedai kopi di Tangerang, banyak orang membawa tabung besi kecil yang dihirup seperti rokok dan mengeluarkan uap. Selidik punya selidik, ternyata itu toh yang disebut-sebut vapor.

Rokok elektronik atau electronic cigarette/e-cigarette lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan vapor/vaporizer. Rokok elektronik merupakan sebuah alat yang tidak menggunakan daun tembakau, namun membuat uap (vaporize) dari cairan, yang kemudian akan dihirup oleh penggunanya. Lalu, apa bedanya dengan rokok konvensional yang biasa kita lihat?

Rokok elektronik tidak memakai daun tembakau sehingga tidak mengandung tar (zat paling berbahaya dari rokok konvensional) yang dihasilkan dari pembakaran tembakau. Namun, rokok elektronik tetap mengandung nikotin, meskipun kadarnya lebih rendah dibandingkan rokok konvensional.

Salah satu yang digembar-gemborkan adalah rokok elektronik ini aman alias tidak beracun. Apakah benar 100% aman? Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyebutkan bahwa meski rokok elektronik tidak mengandung tembakau, cairan rokok ini tetap mengandung nikotin yang menimbulkan ketergantungan.

Meskipun ada pula rokok elektronik yang diklaim tanpa nikotin, tetap saja terdapat berbagai zat kimia utama pada cairan rokok elektronik, seperti propylene glycol dan glycerin. Keduanya bersifat mengiritasis aluran napas dan mata. Menurut WHO, menghirup zat tersebut secara terus-menerus, dapat menyebabkan gangguan sistem saraf pusat dan limpa. Ada pula penelitian yang melaporkan bahwa penggunaan rokok elektronik ini menimbulkan penyempitan saluran napas.

Rokok elektronik dikembangkan sebagai salah satu alat untuk berhenti merokok, bukan sebagai pengganti rokok, sehingga pemasaran harusnya ditargetkan kepada para perokok lama. Bukan anak-anak muda yang belum pernah merokok.

Vapor di Indonesia dijual bebas, baik di dunia online mau pun toko konvensional. Kita tidak tahu apakah pembelinya adalah yang belum pernah merokok atau bahkan anak di bawah usia 18 tahun. Pemerintah harusnya dapat lebih tegas dalam urusan penjualan rokok elektronik ini, termasuk di Tangerang Raya.

Bila memang berniat berhenti merokok, ada berbagai alat bantu yang dapat dipilih, mulai dari obat sampai patch atau seperti koyo yang ditempel di kulit. Alat-alat tersebut sudah dikembangkan lama dan bukti keamanan penggunaan alat-alat tersebut jauh lebih banyak dibandingkan rokok elektronik. Oleh karena itu, penggunaan rokok elektronik ini disarankan sebagai pilihan terakhir untuk berhenti merokok. Singkat kata, tidak merokok adalah yang terbaik. Jadi, sudah siap berhenti merokok untuk Tangerang yang lebih sehat? Salam @TangerangSehat – Sonia Hanifati

T: @AboutTNG
I: AboutTNG
W: www.abouttng.com
E: abouttng@gmail.com

There are no comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked (*).