Diantara degup gemerlapnya modernisasi, berkembangnya budaya dari luar yang lebih menyerukan kata modern, ternyata tidak menyurutkan masyarakat Kota Tangerang untuk mencintai dan terus melestarikan berbagai budaya dan kesenian peninggalan yang katanya kini sudah banyak ditinggalkan.

Sebut saja salah satunya Oen Sin Yang atau Go Yong, kakek berumur 73 tahun ini konsisten untuk melestarikan permainan alat musik Tehyan yang menjadi salah satu alat musik dari Cina yang berkembang dan menjadi bagian dari masyarakat Cina Benteng yang tinggal di Kota Tangerang.

Go Yong sudah 63 tahun menekuni alat musik gesek yang dibuatnya sendiri yang saat ini sudah sangat sulit ditemui karena dianggap sudah ketinggalan zaman. Sejak remaja, Go Yong sudah menekuni alat musik Tehyan. Awalnya Go Yong belajar dari orang tua dan sekarang diturunkan kepada anak – anaknya dan juga komunitas.

Kakek yang mengusai sekitar 100 lagu dari berbagai jenis aliran musik dengan alat musik geseknya ini sudah terkenal, namanya sudah banyak terpampang di internet dan media – media baik lokal ataupun nasional.

Go Yong mengaku akan terus konsisten untuk melestarikan budaya leluhurnya dari Cina yang dibawa hingga ke Indonesia, dan saat ini berkembang di Kota Tangerang yang sangat menerima Akulturasi Budaya.

Selain terus memainkan alat musik Teh Yan, Go Yong juga sudah sangat mahir membuat jenis alat musik ini dengan keahliannya, sentuhan jari – jarinya menjadikan alat musik Tehyan lebih hidup.

Salah satu anak Go Yong yang kini ikut melestarikan permainan Tehyan adalah Yo Pan, remaja 15 tahun ini sudah mahir bermain mendampingi sang ayah dalam berbagai pertunjukan baik didalam ataupun diluar kota.

Untuk diketahui Tehyan itu semacam alat musik rebab yang digunakan sebagai pelengkap kesenian, Tehyan merupakan hasil akulturasi antara kebudayaan Betawi dengan kebudayaan Cina.

Rebab yang bernama Tehyan itu biasanya digunakan dalam musik – musik gambang kromong ataupun musik Indonesia tempo dulu. Bentuk alat musik ini sedikit mirip rangka manusia dari bagian badan hingga ke pinggul.

Keberadaan Tehyan di Indonesia sudah mulai langka akibat perkembangan zaman dan kurang diminati oleh generasi muda. Faktor lain yang mempengaruhi kelangkaan adalah cara memainkannya yang masih sulit.

Sementara itu, Kepala Disporparekraf Kota Tangerang, Rina Herna Ningsih mengatakan bahwa pemerintah terus konsisten untuk melestarikan budaya yang berkembang di Kota Tangerang. “Kita terus kembangkan dengan pembinaan dan perhatian – perhatian, salah satunya dengan mengajak dalam berbagai event,” pungkasnya.

Twitter: @AboutTNG
Instagram: AboutTNG
LINE: @abouttng
Website: www.abouttng.com
Email: abouttng@gmail.com

There are no comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked (*).