Kawasan Pecinan Tangerang punya daya pikat menarik bagi wisatawan. Ada bangunan Masjid kuno bernama Masjid Jami Kalipasir. Inilah Masjid rasa Tionghoa paling terkenal di Tangerang dengan menara mirip pagoda Tiongkok.

Masjid ini didirikan oleh Tumenggung Pamit Wijaya dari Kahuripan. Kemudian kepengurusannya dilanjutkan oleh putra beliau bernama Raden Bagus Uning Wiradilaga pada tahun 1712. Masjid Jami Kalipasir memang kelihatan seperti Masjid biasa saja yang berada di dalam gang kecil. Masjid ini, diyakini berdiri pada tahun 1700. Letaknya sekitar satu kilometer di belakang Masjid Agung It – Tihad, tepatnya di dalam Kampung Kalipasir No. 18, sekitar Pasar Lama, Sukasari, Kota Tangerang, Banten.

Terdapat empat tiang yang berada di Masjid Jami Kalipasir. Empat tiang Masjid yang terbuat dari kayu itu memang terlihat sudah lapuk dimakan usia. Sudah tidak berbentuk kayu utuh, karena sudah rapuh dan termakan rayap di beberapa bagian. Untuk penopang, pengurus Masjid menjaga masing – masing tiang dengan besi penyanggah yang dicat berwarna emas.

Peninggalan lain yang masih utuh adalah di ujung genteng Masjid. Di situ terdapat kubah yang tidak terlalu tinggi, namun cukup menggambarkan suasana saat Masjid itu berdiri. Kubah itu tidak besar, namun sangat khas dengan ukiran menyerupai bunga teratai bangsa Cina.

Saat ini, Masjid yang berada ditengah pemukiman warga itu tidak pernah digunakan untuk sholat Jumat lagi. Hadirnya Masjid Agung At – Tihad menggantikan peran Masjid Jami Kalipasir dan beberapa Masjid mungil yang ada disekitarnya.

Perjalanan sejarah Masjid Jami Kalipasir juga ternyata tidak hanya sebatas pada bangunan Masjid saja. Terdapat dua makam tua yang berada persis di depan Masjid yang memiliki kaitan erat dengan perjalanan Masjid. Banyak peziarah yang datang dari luar Tangerang ataupun Banten ke Masjid Jami Kalipasir. Peziarah berkeyakinan, jika dua makam tua yang lebih tinggi karena tumpukan tua batu kali itu adalah makam dari keturunan Sunan.

Zaman dulu, penyebar Islam sempat bersinggah di kawasan Tangerang melalui jalur air. Oleh karenanya untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, Masjid Jami Kalipasir menggelar budaya arakan dengan miniatur perahu. Sebagai simbol tibanya para sesepuh Islam di Kota Tangerang, menggunakan perahu di pinggir Sungai Cisadane.

Budaya ini dimulai sejak tahun 1926, mengisi perahu dengan berbagai buah-buahan. Hal lain yang unik diajarkan dalam bentuk bangunan Masjid Jami Kalipasir adalah bentuk shaf sholat yang miring dibandingkan arah bangunan. Shaf sholat miring sudah sejak awal pembangunan Masjid, karena toleransi akan batas rumah – rumah orang lain di sekitarnya. Jika dibangun sesuai arah kiblat, rumah lain akan terbongkar, karena Islam mengajarkan umatnya untuk bertoleransi.

T: @AboutTNG
I: AboutTNG
W: www.abouttng.com
E: abouttng@gmail.com

Comments (1)

  • raff

    yang saya tahu masjid ini peninggalan keturunan adipati kuripan tahun 1608 yang mensyiarkan islam, dan berkebudayaan parahiyang tidak terlihat unsur tionghoa di dalamnya, baik bangunan dan kebudayaannya

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked (*).