Namanya Mukoddas Syuhada. Pria kelahiran 28 Oktober 1976 ini menjabat founder Akademi Bambu Nusantara (ABN) di BSD City, Tangerang Selatan. Ia juga founder BCC alias Banten Creative Community.

Tanaman bambu dan Mukoddas nampaknya semakin tak terpisahkan. Lulusan Teknik Arsitek di ITB angkatan 1995 ini kian “bermesraan” dengan bambu sejak 2012 lalu. “Tapi di ABN, saya baru jalan delapan bulan,” ujarnya kepada penulis.

Bambu, menurut Mukoddas, jangan dianggap sebagai simbol kemiskinan. Justru, bambu merupakan ‘emas hijau’. “Saya ingin mengubah persepsi bahwa bambu itu bukan simbol kemiskinan, melainkan simbol kemapanan. Saya beranggapan, bambu merupakan ‘emas hijau’. Jadi ayolah semua cepat-cepat menanam bambu. Karena di masa depan, bambu akan booming. Bambu adalah material di masa depan yang mampu menggantikan plastik, kayu, metal, logam, aluminium dan lainnya,” seru bapak tiga anak ini.

Kalau tidak percaya, lanjut Mukoddas, kejadian yang pernah dirinya sendiri alami, cocok untuk menjadi inspirasi. “Tiga tahun lalu, saya pernah diundang oleh Kedutaan Besar Perancis, Belgia dan Italia. Mereka, intinya meminta untuk dibuatkan bahan baku piranti dari bambu dari Indonesia. Piranti apa? Asal tahu saja, mereka minta dibuatkan piranti kabin pesawat dengan berbahan baku bambu asal Indonesia. Terbukti, bambu itu material masa depan,” ungkapnya.

pembibitan-bambu-di-akademi-bambu-nusantara-tangsel

Pembibitan bambu di Akademi Bambu Nusantara, Tangsel. | Foto: Gapey Sandy

Jadi tidak ada alasan lain, Mukoddas mengajak semua masyarakat gemar menanam bibit pohon bambu. “Dengan menanam bambu berarti meminimalisir dampak krisis oksigen dan air bersih di masa depan. Juga harus diingat, pohon bambu itu tidak ada limbahnya. Karena, dari atas sampai bawah, semuanya terpakai semua. Jangankan batang bambunya, bahkan rebung bambu pun dikonsumsi. Juga, daun bambu yang dikeringkan, kini semakin akrab dijadikan minuman seperti teh tubruk,” tuturnya seraya menambahkan bahwa pada 2016 ini, ABN menargetkan untuk menanam sebanyak satu juta bibit pohon bambu.

Di Indonesia, berdasarkan hasil riset Prof Elizabeth Anita Widjaja, mantan peneliti senior di Pusat Penelitian Biologi LIPI yang dikenal sebagai ‘Bunda Bambu Indonesia’, ada sekitar 160 jenis atau spesies bambu di Indonesia. Sedangkan di seluruh dunia, diperkirakan ada sekitar 1.500 jenis bambu. Sebanyak 12 persen dari seluruh jenis bambu di dunia itu, justru ada di Indonesia.

“Bambu yang seringkali dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya Bambu Betung yang dipakai untuk konstruksi bangunan, karena diameternya bisa mencapai lebih dari 10 cm. Bambu Hitam untuk kerajinan meubel dan sebagainya. Bambu Tali, juga biasa digunakan untuk anyaman dan landscape. Ada juga Bambu Budha yang bentuknya berbulat-bulat seperti kendi arak, dan Bambu Kuning Bali untuk taman. Bambu Tutul dengan warna kulit yang bertotol-totol seperti kulit Macan Tutul, dan Bambu Batik biasa dipakai untuk industri meubel,” urai Mukoddas.

Sayangnya, sudah mulai ada bambu di Indonesia yang nyaris punah. Namanya, Bambu Eul-eul. “Umumnya, ada di Jawa Barat. Selain jadikan piranti pertamanan, air bambunya juga sangat bagus untuk kesehatan manusia. Sekarang sulit memperoleh Bambu Eul-eul. Meskipun pada setiap bambu ada air di dalam batangnya, tapi air yang ada di Bambu Eul-eul adalah ‘Air Masa Depan’. Kesegaran dan kesehatannya melebihi air mineral. Bambu Eul-eul ini biasa tumbuh di dataran tinggi Jawa Barat. Ironisnya, Bambu Eul-eul makin banyak ditebang pengembang, karena lahannya dijadikan hotel, villa dan proyek property lainnya,” geram Mukoddas.

pemanfaatan-bambu-di-akademi-bambu-nusantara-tangsel

Pemanfaatan bambu di Akademi Bambu Nusantara, Tangsel. | Foto: Gapey Sandy

Sebagian orang, katanya lagi, asyik menebang pohon-pohon bambu. “Mereka menganggap bambu seperti benalu, jadi harus dibabat habis,” kesalnya.

Berikut, wawancara dengan Mukoddas Syuhada, usai ia menjadi pembicara pada Workshop Bambu ke-4 yang diselenggarakan ABN, pada 7 – 8 Mei 2016 di BSD City, Tangsel:

Soal sepeda bambu. Mulai kapan dibuatnya?

Akademi Bambu Nusantara di BSD City, Tangerang Selatan ini memproduksi sepeda bambu sejak 2013 lalu. Tapi, untuk riset dan produksi coba-cobanya sudah dilakukan sejak lima tahun sebelumnya. Waktu produksi coba-coba dulu, banyak kekurangan yang kami hadapi. Mulai dari modelnya yang jelek, ruas bambunya yang mengalami pecah, pasak yang lepas, dan frame yang masih kasar. Pokoknya, jelek hasilnya. Tapi semakin hari, kami terus memperbaiki dan menyempurnakannya.

Jadi yang dibuat hanya frame, rangka sepedanya saja?

Yang kita buat itu rangka atau frame sepedanya saja, dengan sistem pasak antar hubungan frame, lalu dilakukan proses lilit ikat menggunakan serat bambu. Kemudian, direkatkan memakai lem. Pengelemannya menggunakan epoxy resin. Tapi, untuk lubang sebagai tempat pemasangan misalnya stang, crank pada posisi pedal, front fork, seatpost untuk sadel, dan gear roda masih tetap menggunakan bahan logam didalamnya.

rangka-sepeda-dari-bambu-pesanan-pembeli-dari-australia

Rangka sepeda dari bambu pesanan pembeli dari Australia. | Foto: Gapey Sandy

Apakah sepeda bambu ini sudah diproduksi massal?

Produksi frame sepeda bambu yang kita buat ini semuanya handmade, tidak ada yang fabrikasi. Makanya, kita tidak bisa mengadakan stock barang. Frame sepeda yang kita buat hanya berdasarkan pesanan saja.

Jenis bambu apa yang bisa dipakai untuk rangka sepeda ini?

Frame sepeda ini bisa memanfaatkan Bambu Payung, Bambu Hitam, Bambu Ampel dan lainnya, asalkan batangnya berdiameter kecil yaitu 3 – 5 cm, lalu kemudian dikombinasikan dengan bambu laminasi atau bambu yang dibelah kemudian di-pressing. Ada juga frame yang kita buat dari Bambu Tali, yang memang bentuk asli batangnya agak melengkung. Cuma, kalau sengaja dicari yang bentuknya agak melengkung, memang kadang-kadang saja mendapatkannya. Maklum, karena memang lengkungan ini alami.

Mengapa tidak semua jenis bambu bisa dijadikan rangka sepeda?

Tidak semua bambu bisa dijadikan frame sepeda. Hanya saja, kalau mau dipaksakan ya bisa saja, tapi diameter dan buku-buku bambu itu ‘kan beda-beda. Ada yang diameternya sampai 10 cm. Ada yang buku-buku pada ruas batang bambunya panjang-panjang. Sedangkan bambu yang bagus untuk dijadikan rangka sepeda adalah yang diameternya kecil dengan buku-buku batang bambu yang pendek, hasilnya akan semakin kuat. Jadi, untuk Bambu Mayang, Bambu Tamiyang yang punya spesifikasi diameter besar dan buku-buku panjang, tidak bisa dijadikan bahan baku frame sepeda. Bambu Tamiyang ini biasanya dipergunakan untuk membuat suling karena memang batangnya tipis dan jarak antar bukunya panjang.

Lebih berat mana, rangka sepeda bambu dengan rangka sepeda logam?

Kalau dibandingkan dengan frame logam, masih lebih ringan framebambu. Tapi, kalau dibandingkan dengan aluminium dan carbon bicycle frame, ya jelas frame bambu jadi agak lebih berat.

Berapa harga frame sepeda bambu ini?

Harga frame sepedanya saja, mencapai antara 2,5 – 5 juta rupiah. Contoh, untuk yang frame sepeda dengan bambu agak melengkung pesanan dari Australia ini, harganya 5 juta rupiah. Nah, mengapa harga sepeda bambu ini bisa sampai 15 juta rupiah, ya itu juga tergantung dari spare parts yang menjadi pilihannya. Karena stang, velg, maupun ban sepeda saja, harganya sangat bervariasi bahkan ada yang begitu mahal. Perakitan spare parts itu mudah, karena pada frame sepeda bambu, posisi lubang-lubang pemasangan sudah disiapkan dengan lengkap dengan logam sebagai ‘dudukannya’.

Untuk membuat frame sepeda bambu ini, apa yang harus diperhatikan?

Frame sepeda bambu ini harus memperhatikan proses pengawetan. Kalau tidak dilakukan, maka frame-nya bisa bolong-bolong dan habis dimakan hama bubuk. Pengawetannya secara alami dengan direndam saja di sungai, minimal selama satu bulan, tetapi dengan air sungai yang mengalir, bukan air sungai yang sekadar menggenang. Semua bahagian bambu yang diawetkan ini harus tenggelam di dalam air sungai.

Bagaimana dengan kekuatan frame sepeda bambu ini?

Untuk segi kekuatannya, frame sepeda bambu untuk lintasan pegunungan ini mampu menahan beban pengendara dengan bobot badan maksimal 70 kg. Tapi, kalau lintasannya beraspal atau track perkotaan bisa menahan bobot pengendara lebih dari 70 kg.

Sepeda bambu ini sudah memperoleh apresiasi dari mana saja?

Sepeda bambu produksi ABN ini sempat menarik minat tahu Walikota Tangsel, Airin Rachmi Diany dalam satu kesempatan olahraga bersama warga. Juga, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam satu pameran. Dan, turut memeriahkan Pesta Rakyat di Monas, Jakarta, pada 2014 bersama Presiden Joko Widodo.

Kalau ke luar negeri?

Sepeda bambu ini ikut pameran ke luar negeri pada 2013, dan sempat dibeli oleh pengunjung dari Belgia, seharga 10 juta rupiah. Lalu, di Turki, pada 2014 pernah diujicobakan juga oleh Fahmi, seorang backpacker asal Indonesia yang melakukan perjalanan keliling dunia. Juga mengikuti 10th World Bamboo Congress, pada 17 – 22 September 2015 lalu di Damyang, Korea Selatan. Pada 2016 ini, World Bamboo Congress akan diselenggarakan di Singapura.

Ternyata, orang luar malah banyak mengapresiasi dan memesan sepeda bambu ini. Bagaimana dengan masyarakat kita sendiri?

Sepeda bambu ini hanya dibuat berdasarkan pesanan saja. Termasuk sekarang ini ada pesanan dari Australia. Kalau di dalam negeri sendiri, kurang ada peminatnya. Justru, sepeda bambu ini malah menjadi bahan tertawaan. Termasuk, kita sedang mempersiapkan sekitar 50 sepeda bambu untuk dipamerkan pada ajang Global Innovation Forum (GIF) yang diusung UNESCO-World Technopolis Association (WTA), pada September 2016 nanti.

Sumber :  http://www.kompasiana.com/gapey-sandy/sepeda-bambu-indonesia-makin-mendunia_572fdfb3c6afbd7a10344416

There are no comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked (*).