Kelenteng Boen San Bio yang juga dikenal dengan nama Vihara Nimmala, adalah sebuah kelenteng unik megah berusia tua di Jl. Pasar Baru, Kelurahan Kranjaya, Karawaci, Kota Tangerang yang dipergunakan sebagai tempat beribadah bagi penganut Kong Hu Cu, Tao dan Buddha.

Halaman samping Kelenteng Boen San Bio cukup luas dan mampu menampung beberapa puluh kendaraan. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kabarnya Kelenteng Boen San Bio telah memecahkan 11 rekor MURI, diantaranya dengan menegakkan 1.150 telur dalam waktu hanya beberapa menit yang dilakukan oleh 108 orang.

Atap Kelenteng Boen San Bio dijaga oleh sepasang burung Fenghuang, atau burung Hong (burung api, Phoenix) yang indah, dengan sebutir mutiara jagad diantara keduanya. Kebanyakan kelenteng memasang arca sepasang naga memperebutkan mutiara di puncak atapnya.

Seperti kebanyakan kelenteng, di halaman depan Kelenteng Boen San Bi juga terdapat sepasang patung Singa penjaga (Cioksay), yang betina bermain dengan anaknya dan yang jantan memegang bola.

Masih di sekitar bagian depan Kelenteng Boen San Bio juga ada sebuah Hiolo (tempat meletakkan batang hio yang telah dibakar) yang terbuat dari bahan sejenis batu marmar. Lazimnya, kebanyakan kelenteng memiliki berbagai jenis hiolo dengan berbagai ornamen yang terbuat dari besi atau kuningan.

Altar dengan arca Co Su Kong dengan topi 5 warna Buddha dan mengenakan jubah (Jia Sha) ini berada di salah satu tempat utama di Kelenteng Boen San Bio.

Co Su Kong, panggilan akrab bagi Ching Cui Co Su, adalah Dewa Pelindung para imigran yang berasal dari Coan Ciu. Ia lahir di pegunungan Feng Chai Shan, Kabupaten Qing Xi, Propinsi Fujian pada tanggal 6 bulan 11 Imlek, tahun 1044 M, pada masa pemerintahan Kaisar Ren Zhong tahun keempat, dari Dinasti Song (960 – 1279).

Di Kelenteng Boen San Bio juga ada altar dengan arca Hok Tek Tjeng Sin, Dewa Bumi yang banyak dipuja para pedagang dan petani untuk mendapatkan kemurahan rizki dan kemudahan dalam perdagangan dan usaha lainnya. Ada pula altar dengan arca Buddha Sakyamuni yang juga disebut Jie Lay Hud. Bedug dan tambur yang biasa ditabuh saat berlangsung upacara dan arak-arakan juga bisa dijumpai di sana.

Patung Dewi Kwan Im setinggi sekitar 3 meter yang letaknya berada di bagian belakang Kelenteng, di depan ruang Dhammasala yang merupakan tempat utama umat Buddha untuk melakukan ibadah.

Di bagian belakang Kelenteng Boen San Bio juga terdapat pendopo bernama Pecun. Pecun merupakan sebuah upacara tradisional Cina yang melambangkan penghormatan bagi jasad seorang tokoh berpengaruh yang tenggelam dan tewas di sebuah sungai di Cina. Pecun merupakan sebuah upaya pencarian yang dilakukan dengan memakai perahu dayung. Perayaan Pecun digelar pertama kali di Tangerang pada tahun 1910.

Kelenteng Boen San Bio pertama kali dibangun pada tahun 1689 oleh seorang pedagang yang berasal dari Cina bernama Lim Tau Koen, dan menempatkan patung Kim Sing Kong – co Hok Tek Tjeng Sin yang dibawanya dari Banten. Kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi sesudah itu, terutama setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998. Bangunan Kelenteng Boen San Bio ini berbentuk empat persegi panjang, yang berdiri di atas tanah seluas 1.650 m2.

Twitter: @AboutTNG
Instagram: AboutTNG
LINE: @abouttng
Website: www.abouttng.com
Email: abouttng@gmail.com

There are no comments yet.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked (*).