Komunitas Tionghoa di Tangerang dikenal sebagai China Benteng. Mereka sudah ada sejak abad 15 dan memiliki tradisi unik perayaan imlek. Jelang Imlek, biasanya warga komunitas Tionghoa menyiapkan berbagai hal. Tradisinya beragam seperti membersihkan rumah, menyiapkan acara makan malam bersama keluarga, sampai berdoa di klenteng untuk memohon semua hal baik di tahun baru.
Komunitas Tionghoa sendiri banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Tangerang. Di sini warga peranakannya dikenal dengan sebutan China Benteng. Penampilan fisik mereka tidak seperti orang China pada umumnya karena berkulit cokelat dan matanya tidak sipit.
Konon rombongan pertama dari dataran China datang di abad ke-15. Dipimpin Tjen Tjie Lung alias Halung, mereka menepi di Sungai Cisadane yang sekarang dikenal sebagai Teluk Naga. Sedangkan nama ‘Benteng’ merujuk pada wilayah benteng Belanda yang didirikan VOC pada tahun 1863. Benteng tersebut juga dikenal sebagai Benteng Makassar karena penjaganya kebanyakan orang asli Bone, Makassar.
Warga Tionghoa kemudian diberi kesempatan oleh VOC untuk memanfaatkan lahan di sekitar benteng untuk bertani. Mereka juga tinggal di sana. Akhirnya sebutan China Benteng melekat pada peranakan Tionghoa di Tangerang sampai sekarang.
Suasana Imlek di kalangan komunitas China Benteng begitu terasa di Klenteng Boen Tek Bio yang dibangun pada abad 17. Klenteng ini biasanya dipadati warga yang tengah berdoa sambil memberi persembahan. Usai berdoa, mereka bisa mampir ke area makan dekat klenteng. Terdapat beberapa penjual makanan seperti Es Buntin yang tersohor dan rumah makan yang menjual olahan daging babi dan mie.
Area Pasar Lama Tangerang juga menarik. Dulunya pasar ini merupakan perkampungan Tionghoa atau dikenal bernama Petak Sembilan yang didirikan Belanda pada tahun 1684. Lokasinya tak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio.