Pembuatan monumen Jam Gede Jasa dekat Taman Potret, Cikokol, Kota Tangerang menuai kritik dari para seniman. Mereka menilai, estetika seni yang disampaikan dalam bentuk bangunan tersebut tidak menunjukkan kekhasan, atau ikon yang dimiliki oleh Kota Tangerang.
“Kalau dari segi nama Jam Gede Jasa, mungkin diambil dari bahasa Tangerang. Tapi bentuk bangunannya, kita tidak tahu, apa maksudnya?” ungkap Suryanto, salah seorang seniman Kota Tangerang yang tergabung dalam Dewan Kesenian Kota Tangerang.
Jika di Padang Sumatera Barat terdapat Jam Gadang, yaitu jam yang berukuran raksasa berada di atas tugu dengan atap menyerupai rumah gadang (rumah tradisional masyarakat Sumatera Barat), Jam Gede Jasa juga harus memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang dimilki oleh Kota Tangerang.
“Jadi, ada pesan dan filosofi yang disampaikan,” katanya.
Namun demikian, Suryanto mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Tangerang dalam mempercantik kota dengan membuat taman-taman di setiap sudut kota. Karena, menurut Suryanto, program ini menjadi salah satu daya tarik untuk para wisatawan yang ingin berkunjung dan melihat keindahan Kota Tangerang.
Tapi, jika langkah tersebut hanya bersifat supaya ada kegiatan tanpa ada kajian serta konsep yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh Kota Tangerang, maka tujuan untuk mengangkat apa yang dimiliki oleh Kota Tangerang tidak tepat sasaran.
“Kalau kita bicara wisata, itu tidak akan terlepas dengan budaya kearifan lokal. Ini yang harus menjadi kajian pemerintah, ketika membuat kebijakan-kebijakan seperti ini, harus melibatkan tokoh-tokoh budayawan lokal yang tahu betul tentang kultur masyarakatnya,” paparnya.
Sumber: http://merahputih.com
Photo: instagram.com/@irwnardi