Pada 3 Agustus 2019, Hotel IBIS Gading Serpong dan IBIS Style Airport Hotel mengundang berbagai media untuk datang dalam acara Culinray Journey Tangerang yang diadakan oleh Accor Hotels. Acara dimulai pukul 11.00 di IBIS Style Airport Hotel.
Setibanya di sana, ada presentasi makanan khas Tangerang yaitu Laksa. Chef dari IBIS Hotel Gading Serpong, Andri Maulana, menjelaskan bahwa Laksa di Tangerang itu sebenarnya ada berbagai macam, di antaranya Laksa Nyai dan Laksa Nyonya. Laksa Nyai merupakan laksa yang dibuat oleh orang pribumi, sedangkan Laksa Nyonya merupakan laksa dibuat oleh orang-orang keturunan Tionghoa di Tangerang. Kedua laksa ini cenderung memiliki rasa yang sama, hanya saja penyajian yang berbeda.
General Manager IBIS Hotel Gading Serpong, Pak Jamal, mengatakan, “Summarecon tempatnya lagi sangat berkembang. Nah, kita ingin mengangkat makanan khas Tangerang yaitu Laksa yang rasanya enak dan bisa masuk ke lidah semua kalangan.”
Selain untuk mengangkat popularitas makanan khas Tangerang, Acara Culinary Journey juga sebagai bentuk perayaan ulang tahun Accor Hotels yang ke-25. Hotel-hotel yang tergabung sebagai Accor Hotels di daerah Tangerang turut menyajikan makanan khas Tangerang lainnya. Selama 3 bulan ke depan mulai dari Agustus hingga Oktober, Accor Hotels akan terus mengangkat kuliner khas Tangerang.
Ibu Aini, Wakil Walikota Tangerang, turut datang dan memberikan sambutan, “Saya senang sekali dan sangat mengapresiasi acara Accor Hotels ini, karena baru kali ini Laksa masuk ke hotel. Laksa ini makanan saya sejak kecil karena saya orang asli Tangerang. Yang saya lihat dulu, Laksa itu dipikul keliling dan alhamdulillah Kota Tangerang sudah mulai mendirikan kuliner-kuliner kuat, termasuk salah satunya Warung Laksa.”
Selain sambutan, acara ini juga menghadirkan beberapa chef terbaik di dari beberapa hotel di Tangerang. Media dan blogger juga ditantang untuk mengikuti kontes memasak Laksa yang dibantu oleh para chef dari berbagai hotel ini. Acara ini merupakan acara puncak di mana chef hanya boleh memberikan instruksi dan tidak boleh campur tangan dalam pembuatan Laksa.
Media dan blogger dibagi menjadi beberapa kelompok secara acak tanpa mengetahui kemampuan memasaknya. Hal ini membuat para chef greget melihat aksi para amatir dalam memasak Laksa. Wah, seru ya TNGers!